BAKTERIOFAG
BAKTERIOFAG
Ditemukan oleh Frederick Twort (1913) dan Felix dβHerelle (1917). Bakteriofag merupakan partikel yang menyebabkan sel bakteri pecah. Bakteriofag berasal dari kata bacteria (inggris) dan phagein (yunani) yang berarti makan.

A. Pengertian Bakteriofag
Bakteriofag secara resmi ditemukan pada pertengahan hingga akhir dari abad ke-20, dengan publikasi pertama keluar pada tahun 1915 dan kemudian yang kedua pada tahun 1917. Mereka awalnya berspekulasi akan menjadi viral, tapi sifat dominan mereka adalah kemampuan secara makroskopik untuk βmakanβ kultur bakteri, khususnya dengan mengurangi kekeruhan dari kultur bakteri.
Sebagai konsekuensi dari sifat ini, bukannya digambarkan sebagai βracunβ (makna asli dari kata βvirusβ), sehingga istilah βfagβ itu melekat pada mereka, yang berarti untuk makan atau untuk melahap, dalam bahasa Yunani.
Dengan demikian, bakteriofag adalah sebuah entitas yang makan bakteri, meskipun hari ini kita tahu bahwa deskripsi ini tidak sempurna akurat. Namun demikian, fag mampu secara makroskopik serta mikroskopis menghancurkan populasi bakteri.
B. Struktur Tubuh Bakteriofag
Terdiri dari cangkang lembar protein dibagian luar, atau kapsid, dan inti dari asam nukleat-baik asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) tetapi tidak pernah keduanya-virus adalah parasit obligat intraseluler, tergantung untuk sebagian besar pada fungsi sel inang untuk produksi partikel virus baru.
- Kepala berbentuk segi delapan yang di dalamnya mengandung inti. Dari kepala muncul selubung memanjang (tubus) yang disebut ekor.
- Ekor berfungsi sebagai alat penginfeksi. Pada bagian ujung ekor terdapat serabut ekor.
- Ujung pada serabut ekor berfungsi sebagai penerima rangsangan (reseptor).
Bagian kepala dan ekor memiliki selubung yang disebut kapsid. Selubung atau kapsid tersusun atas molekul-molekul protein. Satu unit protein yang menyusun kapsid disebut Kapsomer. Bagian yang aktif menyerang bakteri adalah asam nukleat virus (DNA-virus), sedangkan mantel proteinnya ditinggalkan di luar sel inangnya.
Ada variasi yang cukup besar dalam ukuran dan kompleksitas antara virus. Beberapa memiliki kurang dari sepuluh gen dan bergantung hampir sepenuhnya pada fungsi inang. Lainnya diketahui mengandung 30-100 gen dan lebih mengandalkan protein yang dikodekan oleh DNA mereka sendiri.
Bahkan virus terbesar terlalu kecil untuk dilihat di bawah mikroskop cahaya, sehingga studi tentang struktur virus sangat bergantung pada pengamatan dengan mikroskop elektron.
C. Fungsi Bakteriofag
Bakteriofag ini cukup menjajikan dalam bidang pengobatan sebagai agen potensial karena banyak bakteri berbahaya bagi tubuh manusia dapat dihancurkan (dikenal sebagai terapi fag).
Bakteriofag ada dimana-mana dan dapat ditemukan di banyak lokasi yang dihuni oleh bakteri, seperti tanah atau usus hewan. Salah satu sumber daya alam terpadat yang diisi oleh fag dan virus lainnya adalah air laut, dimana sampai 109 virion, atau partikel virus yang lengkap, per mililiter telah ditemukan di permukaan. Hingga 70 persen dari bakteri laut mungkin terinfeksi oleh fag (Prescott 1993).
Manfaat bakteriofag untuk dunia pertanian :
Vektor untuk keperluan Kloning molekular. Mungkin telah banyak diketahui bahwa beberapa bakteriofag dapat bermanfaat sebagai alat molekuler paling efektif karena kemampuannya mereplikasi asam nukleatnya secara mandiri. Sebut saja pada βplasmid vektorβ. Memang beberapa bakteri secara alami memiliki plasmid yang ukurannya bervariasi mulai dari beberapa ribu basepair bahkan sampai mega basepair. Mengingat dalam kegiatan molekular, penggunaan plasmid vektor sangat penting untuk mempelajari kegunaan gen tertentu contohnya. Sayangnya beberapa bakteri tidak memiliki plasmid yang kompetible (biasanya high copy, ukurannya tidak terlalu besar dan dapat bereplikasi secara mandiri pada sel bakteri inang). Kendala ini ditemui pada bakteri-bakteri dengan ukuran plasmid yang sangat besar seperti pada Ralstonia (hingga mega basepair) atau pada Xanthomonas, sehingga pemetaan plasmid itu sendiri menjadi sulit. Sebuah plasmid dapat dibuat menjadi sebuah vektor jika telah dipetakan berdasarkan urutan asam nukleatnya. Untuk memanipulasi ini, beberapa bakteriofag khususnya dari golongan filamentous phages sangat berguna untuk keperluan ini karena ukurannya yang kecil (5-9 kb). Sebagai contoh vektor yang digunakan adalah Vektor S yang merupakan turunan dari filamentous phage RSS1 pada Ralstonia solanacearum. Namun tidak menutup kemungkinan dari jenis lain seperti Bakteriofag Lambda untuk Erwinia.
Keperluan deteksi keberadaan bakteri tertentu. Untuk hal ini, pemanfaatan bakteriofag dapat diterapkan dengan fungsi utamanya sebagai plasmid ataupun vektor. Dengan sedikit modifikasi asam nukleat pada phage-based vector/plasmid, misalnya dengan menambahkan/menyisipkan gen tertentu yang mempermudah pendeteksian maka hal ini akan sangat berguna sekali. Sebagai contoh dengan menyipkan gen ketahanan terhadap antibiotik atau penghasil warna tertentu (GFP). Beberapa laporan menunjukkan bahwa penggunaan GFP (Green Fluoroscens Protein) sangat efektif untuk melakukan pendeteksian terutama monitoring keberadaan bakteri yang sebelumnya telah ditranformasikan phage-based plasmid yang membawa GFP. Contoh nyata adalah pemanfaatan phage-based plasmid/vector untuk keperluan monitoring pergerakan bakteri Penyebab layu pada Tanaman yang disebabkan oleh R. solanacearum (Pub-1, Pub-2). (Bersambung).
D. Reproduksi Bakteriofag
Perhatikan cara bakteriofage bereproduksi pada gambar berikut:
Daur Litik
a. Fase adsorbsi (penempelan), pada fase ini, awalnya ditandai dengan adanya ujung ekor menempel/melekat pada dinding sel bekteri. Penempelan tersebut dapat terjadi apabila serabut dan ekor virus melekat pada dinding sel bakteri.
Virus menempel hanya pada tempattempat khusus, yakni pada permukaan dinding sel bakteri yang memiliki protein khusus yang dapat ditempeli protein virus. Menempelnya protein virus pada protein dinding sel bakteri itu sangat khas, mirip kunci dan gembok. Virus dapat menempel pada sel-sel tertentu yang diinginkan karena memiliki reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Setelah menempel, virus mengeluarkan enzim lisozim (enzim penghancur) sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri atau inang.
b. Fase injeksi (penetrasi), selubung (seludang) sel berkontraksi yang mendorong inti ekor ke dalam sel melalui dinding dan membran sel, kemudian virus tersebut menginjeksikan DNA ke dalam sel bakteri. Namun demikian, seludang protein yang membentuk kepala dan ekor fage tetap tertinggal di luar sel. Setelah menginjeksi kemudian akan terlepas dan tidak berfungsi lagi.
Seperti pada gambar berikut ini:
a. Penetrasi sel inang oleh bakteriofage
b. Seludang ekor memendek intinya menembus ke dalam sel, dalam DNA virus disuntikkan ke dalam sel
c. Fase sintesis, DNA virus yang telah diinjeksikan yang mengandung enzim lisozim ke dalam akan menghancurkan DNA bakteri, sehingga DNA virus yang berperan mengambil alih kehidupan.
Kemudian DNA virus mereplikasi diri berulang-ulang dengan cara menggandakan diri dalam jumlah yang banyak, selanjutnya melakukan sintesis protein dari ribosom bakteri yang akan diubah manjadi bagian-bagian kapsid seperti kepala, ekor, dan serabut ekor.
d. Fase perakitan, bagian-bagian kapsid kepala, ekor, dan rambut ekor yang mula-mula terpisah selanjutnya dirakit menjadi kapsid virus kemudian DNA virus masuk ke dalamnya, maka terbentuklah tubuh virus yang utuh.
e. Fase litik, ketika perakitan telah selesai yang ditandai dengan terbentuknya tubuh virus baru yang utuh. Virus ini telah mengambil alih perlengkapan metabolik sel inang bakteri yang menyebabkan memuat asam nukleat virus dari pada asam nukleat bakteri.
Setelah sekitar 20 menit dari infeksi awal sudah terbentuk 200 bakteriofage yang telah terakit dan sel bakteri itu pun meledak pecah (lisis) dan melepaskan fage-fage baru/virus akan keluar untuk mencari/menginfeksi bateri-bakteri lain sebagai inangnya, begitu seterusnya dan memulai lagi daur hidup tersebut.
Tenang atau lisogenik, tipe ini tidak mengalami lisis (selnya pecah), jadi asam nukleatnya dibawa dan direplikasikan di dalam sel-sel bakteri dari satu generasi ke generasi yang lain, namun bisa secara mendadak menjadi virulen pada suatu generasi berikutnya dan menyebabkan lisis pada sel inangnya.
Daur Lisogenik
Pada daur ini juga mengalami fase yang sama dengan daur litik, yaitu melalui fase adsorbsi dan
fase injeksi. Selanjutnya, akan mengalami fase-fase berikut.
a. Fase penggabungan, karena DNA bakteri terinfeksi DNA virus, hal tersebut akan mengakibatkan
benang ganda berpilin DNA bakteri menjadi putus, selanjutnya DNA virus menyisip di antara putusan dan menggabung dengan benang bakteri.
Dengan demikian, bakteri yang terinfeksi akan memiliki DNA virus.
b. Fase pembelahan, karena terjadi penggabungan, maka DNA virus menjadi satu dengan DNA bakteri dan DNA virus menjadi tidak aktif disebut profage. Dengan demikian, jika DNA bakteri melakukan replikasi, maka DNA virus yang tidak aktif (profage) juga ikut melakukan replikasi. Misalnya, apabila DNA bakteri membelah diri terbentuk dua sel bakteri, maka DNA virus juga identik
membelah diri menjadi dua seperti DNA bakteri, begitu seterusnya.
Dengan demikian jumlah profage DNA virus akan mengikuti jumlah sel bakteri inangnya.
c. Fase sintesis, dalam keadaan tertentu jika DNA virus yang tidak aktif (profage) terkena zat kimia
tertentu atau terkena radiasi tinggi, maka DNA virus akan menjadi aktif kemudian menghancurkan
DNA bakteri dan memisahkan diri. Selanjutnya, DNA virus tersebut mensintesis protein sel bakteri
(inangnya) untuk digunakan sebagai kapsid bagi virus-virus baru dan sekaligus melakukan replikasi diri menjadi banyak.
d. Fase perakitan: kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, yang berfungsi sebagai selubung virus. Kapsid baru virus terbentuk. Selanjutnya, DNA hasil replikasi masuk ke dalamnya guna membentuk virus-virus baru.
e. Fase litik, fase ini sama dengan daur litik.
Setelah terbentuk bakteri virus baru terjadilah lisis sel. Virus-virus yang, terbentuk berhamburan
keluar sel bakteri guna menyerang bakteri baru. Dalam daur selanjutnya virus dapat mengalami daur litik atau lisogenik, demikian seterusnya.
hubungan antara fase litik dan lisogenik :

E. Peran Bakteriofag
a. Peran menguntungkan
Adapun peran yang menguntungkan dari bakteriofag , yaitu :
- Untuk membunuh ataupun melemahkan bakteri patogen .
- Untuk pengobatan secara biologis .
b. Peran merugikan
Adapu peran yang merugikan dari bakteriofag , yaitu :
- penyebab penyakit pada manusia .
- penyebab penyakit pada tumbuhan .
- penyebab penyakit pada hewan .
Kerennn materinya. Sukaa bangett kalo udah bahas soal virus, khusunya bacteriofage.
BalasHapusTapi ada yang blum saya paham di bagian kalimaatt
"Bagian yang aktif menyerang bakteri adalah asam nukleat virus (DNA-virus), sedangkan mantel proteinnya ditinggalkan di luar sel inangnya."
Nah, yang ingin saya tanyakan, jika bagian yg aktif menyerang bakteri adalah asam nukleat dan mantelnya di tinggal di luar, lalu bagian apa saja yang disebut dengan mantel protein? Dan apakah mantel tersebut masih berfungsi ketika ditinggal oleh asam nukleat di luar.? Atau mantel tersebut hilang begitu saja? Bagaimana caranya? Tlong jelaskan.
Terimakasihh.
Baik terimakasih atas pertanyaan yang sudah di berikan , disini saya akan mencoba menjawab pertanyaan anda .
HapusMantel protein ini sendiri terdiri dari bagian kepala dan ekor memiliki selubung yang di sebut kapsid . Selubung atau kapsid tersusun atas molekul - molekul protein . Satu unit protein yang menyusun kapsid disebut kapsomer .
Jadi , yang merupakan mantel protein yaitu seluruh bagian luar atau morfologi bakteriofag ini sendiri , yaitu kapsid , leher , selubung ekor , serabut ekor , papan dasar , serta jarum penusuk .
Mantel protein ketika ditinggal oleh asam nukleat tidak akan berfungsi lagi , sebab pada fase injeksi setelah menginjeksi mantel protein akan terlepas .
HapusMantel protein ketika di tinggal oleh asam nukleat ( DNA ) akan hilang dengan sendirinya , namun materi genetik berupa DNA virus yang telah terinjeksi dapat mereplikasi diri berulang - ulang dengan cara menggandakan diri dalam jumlah yang banyak .
HapusDengan cara daur litik dan daur lisogenik .
HapusCukup menarik ,,,berhubungan saya juga virus namun lebih fokus di virus..apa saja sih..peranan dan fungsi bakteriofag untuk dunia kesehatan dan industri???
BalasHapusTerimakasih atas pertanyaan nya , disini saya akan mencoba menjawab pertanyaan anda .
BalasHapusPeran dan fungsi bakteriofag dalam dunia kesehatan diantaranya yaitu membunuh atau melemahkan bakteri patogen , dan untuk pengobatan secara biologis .
Dalam bidang industri , khususnya di bidang industri pertanian bakteriofag memiliki fungsi sebagai berikut :
BalasHapus1. Vektor untuk keperluan Kloning molekular.
2. Keperluan deteksi keberadaan bakteri tertentu.
Sangat bagus dan menarik
BalasHapusSaya suka dengan pembahasannya yang cukup jelas.
Saya ingin bertanya peran merugikan dari bakteriofang,yang meyebabkan penyakit pada manusia,hewan bahkan tumbuhan,di sebut penyakit apa?
Trima kasih.
Baik terimakasih atas pertanyaan anda .
HapusJadi , selain memiliki peran yang menguntungkan , bakteriofag ini juga memiliki peran yang merugikan , yaitu sebagai penyebab penyakit pada manusia , hewan , serta tumbuhan . penyakit yang dapat di timbulkan yaitu sebagai berikut :
1. pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV),
2. Pada hewan (misalnya virus flu burung), atau
3. Pada tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).
Materinya bagus, dan sangat membantu saya terima kasih yaa πππ
BalasHapusIya , terimakasih kembali ...
Hapusπ
materi yang menarik, di materi tersebut ada di jelaskan mengenai bagian kepala dan ekor memiliki selubung yang disebut kapsip. Yang ingin saya tanyakan apa fungsi selubung yang disebut kapsit ???
BalasHapusBaik terimakasih atas pertanyaan nya , cukup menarik .
BalasHapusJadi , Bagian kepala dan ekor memiliki selubung yang disebut kapsid. Selubung atau kapsid tersusun atas molekul-molekul protein. Satu unit protein yang menyusun kapsid disebut Kapsomer.
Adapun fungsi daripada kapsid ini sendiri yaitu :
1. Melindungi asam nukleat virus dari kerusakan, misalnya oleh enzim pencernaan (nuklease).
2. Pada permukaan kapsid terdapat bagian untuk mengenali reseptor (tempat melekat) pada permukaan sel inang.
3. Menyediakan protein enzim untuk menembus membran sel inang ketika melakukan infeksi.
4. Ada pula beberapa jenis bakteriofag yang memiliki ekor protein yang melekat pada βkepalaβ kapsid. Serabut - serabut ekor tersebut digunakan oleh fag untuk menempel pada suatu bakteri.
Mantap nih materinya, penjelasannya juga lengkap dan bisa menambah pengetahuan saya. Sukses selalu yaa, terima kasih π
BalasHapusTerimakasih saudari Djeni ... π
Hapusmenarik materinya, bermanfaat menambah pengetahuan terima kasih.
BalasHapusTerimakasih saudari Ernis ... π
HapusMaterinya sangat bagus, dan sangat membantu dalam pengetahuan...terima kasih ya
BalasHapusTerimakasih saudari Kristin .... π
HapusMaterinya menarik dan penjelasannya sangat jelas. terimakasih
BalasHapusTerimakasih saudari Natalia Endang .... π
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusMaterinya bagus dan penjelasannya sangat jelas..
BalasHapusTerimakasih
Terimakasih saudari endang ..... π
HapusKeren gan lanjutkan post nya
BalasHapusTerimakasih saudara Jumardi .... π
HapusMateri nya menarik dan sangat bermanfaat sukses ya
BalasHapusTerimakasih saudari putri .... π
Hapuspenjelasan nya bagus,menarik,dan bermanfaat bagi saya dan sukses anti
BalasHapusTerimakasih saudari udut ... π
HapusTerimkasih, meterinya sangat bermanfaat sekali.
BalasHapusTerimakasih saudari yuli .... π
HapusMaterinya bagus dan cukup lengkap. sangat bermanfaat bagi saya. Terima kasih.
BalasHapusTerimakasih saudari Lilis .... π
HapusMaterinya sudah sangat bagus semoga bermanfaat bagi para pembacanya
BalasHapusterimakasih
Materinya sudah sangat bagus semoga bermanfaat bagi para pembacanya
BalasHapusterimakasih
Terimakasih saudari Mora... π
HapusMateri yg luar biasa dan rapi sehingga mudah di pahami
BalasHapusTerimakasih saudari merri ... π
HapusPenjelasan yg menarik. Mudah untuk dipahami..
BalasHapusTerimakasih saudari Novi .... π
Hapus